Jumat, 24 Februari 2012

Prestasi Politik Membuatnya Jadi Wagub

Sebagai pemimpin, selama ini Muslim Kasim telah mencerminkan prinsip-prinsip keteladanan, memilki integritas serta kemampuan manejerial yang mapan.
Saat ia menjadi Bupati Padangpariaman dua periode berturut-turut, di tangannya banyak perobahan positif yang terjadi di daerah itu. Kini, “prestasi politik” mengantarkannya menjadi Wakil Gubernur (Wagub) Sumbar.
Fakta telah membuktikan bahwa Drs. H. Muslim Kasim. Ak MM layak untuk menjadi seorang pemimpin. Itu telah dibuktikannya saat mendapat amanah dari rakyat sebagai Bupati Padangpariaman untuk dua periode 2000-2005 dan 2005-2010. Amanah itu pun telah ditunaikan dengan baik. 
Sepuluh tahun berbilang mantan Pembina Yayasan Jantung Indonesia Cabang Bali ini Bupati di Padangpariaman. Namun, hitungan waktu itu dirasakan masyarakat begitu singkat, karena terlalu banyak sumbangsihnya dalam menggerakkan berbagai sektor di daerah tersebut. Oleh sebab itu, cinta masyarakat  telah terpaut pada diri pria kelahiran Pakandangan 28 Mei 1942 ini.
Jika menoleh kebelakang dan ditelusuri benar “lakek tangan” suami Nasrida Muslim ini sebagai pemimpin, maka banyak fakta keberhasilan yang akan disua di dalamnya. Di tangan mantan Kepala Perwakilan Harian Pelopor Baru Jakarta, Jawa Barat (1966 – 1970) ini, berbagai pembangunan telah dipersembahkan untuk daerah dan masyarakatnya. Berbagai inovasi dan terobosan-terobosan nenuju perobahan di Padangpariaman, pun sudah terbukti nyata.
Ketakahannya sebagai pemimpin itu, tak mengherankan pula bila berbagai penghargaan dan tanda jasa dipersembahkan untuk Kabupaten Padangpariaman oleh pria yang juga mendapat kepercayaan menjadi Ketua Umum LKAAM Kabupaten Padang Pariaman ini.
Diantara penghargaan yang telah diraih Muslim Kasim adalah Piagam Penghargaan Bakti Koperasi dan Usaha Kecil Menengah dari Menteri Negara Koperasi dan UKM Republik Indonesia Tanggal 9 Juli 2001, Piagam Penghargaan dari Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas (Kwik Kian Gie), atas partisipasi aktif pada pelaksanaan Rakorbangnas Tahun 2001, dan  Piagam Widyakrama dari Presiden RI atas keberhasilan dalam Penuntasan Wajib Belajar 9 Tahun di Kabupaten Padang Pariaman, tanggal 2 Mei 2004.
Di tangan Muslim Kasim, Kabupaten Padangpariaman juga berhasil meraih Penghargaan Juara I Nasional Program INBUDKAN (Pembina Kelompok Budidaya Perikanan) dari Presiden RI di Istana Negara Jakarta, tanggal 31 Januari 2005,  Penghargaan Ketahanan Pangan Tahun 2006, dari Presiden RI di Istana Bogor, tanggal 21 November 2006 dan Penghargaan Tokoh Peduli Kemiskinan dari Tim Independen Universitas Andalas Tahun 2006.
Tak hanya itu, Muslim Kasim juga  meraih Penghargaan Anugerah Gemilang Presiden dari Ketua Menteri Melaka/Presiden Persekutuan Pengakap Malaysia Negeri Melaka Tun Datuk Seri Utama Mohd.Khalil Bin Yaakob, 26 Mei 2007 di Kediaman Resmi Y.A.B Ketua Menteri Melaka. Juga Penghargaan Kab/Kota Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Terbaik dan Perusahaan PMA/PMDA terbaik tahun 2007 dari Presiden Ri di Istana Negara, tanggal 18 Desember 2007, dan banyak penghargaan serta tanda jasa lainnya yang telah dipersembahkan oleh Muslim Kasim
Tak hanya sampai sebatas penghargaan belaka, di tangan Muslim Kasim pula terjadi peningkatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Pada tahun 2003, terlihat bahwa income perkapita tumbuh sekitar 5% saja dari Rp4.242. 101,28 menjadi Rp4.412. 934,76 pada tahun 2004.  Dari tahun 2004 dan ke tahun berikutnya, terjadi pula peningkatan yang cukup fantastis. Artinya, secara umum dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang berlangsung relatif konstan, yaitu 15% per tahun. Itu artinya, pertumbuhan ekonomi di Padangpariaman terjadi peningkatan.
Kesungguhan Muslim Kasim dalam memimpin dan memajukan daerah yang dipimpinnya, pun terlihat dari makin meningkatnya pembangunan di Padangpariaman. Jalan-jalan di kecamatan-kecamatan dan nagari-nagari kian membagus, pemerataan pendidikan terkecap dengan sangat luar biasa.  Sementara sektor peternakan semangkin berkembang biak, pertambahan populasi ternak terus meningkat dan kehidupan nelayan kian membaik. 
Begitu juga dengan lahan-lahan yang dulu dibiarkan begitu saja, seakan kian sesak kini oleh kakao dan sawit serta tumbuhan lainya. Rumah-rumah industri dimotivasi, rakyat diberi semangat dan bantuan untuk bangkit dan berusaha agar mandiri. Begitu juga dengan pelayanan kesehatan dan pendidikan, mampu menjawab keraguan sekaligus membangkitkan motivasi warga Padangpariaman.

MUDAH TERSENTUH
Muslim Kasim memang bukan lagi Bupati Padangparimana.
“Keberuntungan politik telah mengantarkannya pada jabatan lebih bergengsi (Wakil Gubernur Sumbar). Kendati sudah menjadi orang nomor dua di Sumatera Barat, namun Muslim Kasim tetap saja rendah hati dan mudah tersentuh melihat penderitaan orang lain.
Setidaknya hal itu terbukti ketika ia melakukan kunjungan kerja meninjau kelompok tani (Gapoktan) Home Industry makanan dan tanaman kentang  ke Alahan Panjang, beberapa waktu lalu.
Saat itu Muslim Kasim dan rombongan berhenti mendadak melihat tomat hasil panen terbuang berserakan percuma di tepi jalan di Nagari Sungai Nanam Rimbo Data Kecamatan Lembah Gumanti Solok.
Melihat kenyataan itu Wakil Gubernur Muslim Kasim merasa sedih dan prihatin melihat petani tomat di Nagari Sungai Nanam, yang lebih dari 40 peti tomat hasil panen terbuang percuma di tepi jalan. 
Semua itu disebabkan harga yang terlalu murah Rp1.000 per kilo, dimana satu peti dihargai di bawah Rp50.000, per peti dengan berat lebih kurang 50 kg.
Begitu turun dari mobilnya, seketika itu pula Muslim Kasim menanyakan kepada masyarakat, bahwa yang berserakan itu tomat siapa. Seorang lelaki setengah baya menjawab, itu tomatnya si Nursiyah, Pak !
Di saat bersamaan, seorang ibu setengah baya bergegas berlari-lari kecil keluar dari rumahnya dan menghampiri Muslim Kasim. “Silahkan saja diambil pak. Tidak perlu dibayar!” ujarnya.
Nursiyah pun berupaya memaparkan kenapa tomat hasil panennya itu ditelantarkan. Katanya, ia tidak sanggup lagi mengantarkan ke Pasar, karena modal yang dikeluarkan tidak mencukupi dengan harga pembelian.
Muslim Kasim merasakan betul betapa pedihnya kenyataan yang harus diterima Nursiyah. Wagub pun akhirnya berusaha menenangkan ibu Nursiyah tersebut. “Tolong ibu cari peti, saya akan beli tomat ini,” ungkap Mus lim Kasim dari lubuk hati yang paling suci.
Mendengar hasrat dari Muslim Kasim itu, Nursiyah begitu tersentuh. Ia merasa dirinya seolah tersiram air bunga setaman. Begitu girang hatinya ! “Terima kasih Pak….. Terima Kasih Pak…..!” ujarnya berulang.
Muslim Kasim mengatakan bahwa ia sungguh prihatin melihat petani tomat yang telah bekerja selama lebih kurang 3-4 bulan merawat tanaman ini. Namun, jangankan untung yang didapat, balik modal saja pun tidak bisa, karena harga yang sangat rendah. 
Oleh karena itu, Muslim Kasim berharap Pemkab Solok, atau pemkab dan kota se-Sumatera Barat memperhatikan kondisi hasil panen masyarakat, bagaimana upaya meningkatkan penghasilan mereka.
Melakukan pengembangan produksi makanan sesuai Pergub 31 Tahun 2010, tentang  Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumberdaya Lokal, perlu terus digiatkan. 
“Contohnya kondisi petani tomat ini. Jika saja mereka tahu bahwa tomat ini bisa diolah menjadi manisan  ‘Tomat Kurma’, tentu tomat–tomat ini tidak terbuang percuma seperti ini,” jelas Muslim Kasim.
Yang pasti, Muslim Kasim menyatakan bahwa ia turut prihatin melihat kondisi ini, mudah-mudah ini tidak akan terjadi lagi.
“Pemprov Sumbar bersama tim terpadu  akan melakukan sosialisasi pengolahan berbagai makanan, yang akan memapu menjadi kegiatan masyarakat dalam upaya meningkatkan kesejahteraan hidup mereka,” ujarnya.
Camat Lembah Gumanti Zulfitri yang juga menyaksikan kondisi ini juga menyampaikan, inilah kondisi pertani tomat kita, bila murah mereka rugi. Padahal mereka telah berkerja dengan baik, dan hasil produksi juga baik.
 (Os)

0 komentar:

Posting Komentar