Jumat, 24 Februari 2012

Meski Sering Dibanggakan BIM Rugi Puluhan Miliar

Tahun 2005 lalu merupakan awal pertama kali Bandara Internasional Minangkabau (BIM) dioperasikan. Inilah jelas cukup membanggakan masyarakat Sumbar, sebab bandara ini berkelas internasional.
Namun, meski sudah lebih 6 tahun beroperasi, BIM malah mencatat kerugian hingga puluhan miliar rupiah. Tahun 2009 tercatat kerugian sebesar Rp36,7 miliar, dan tahun 2010 sebesar Rp40,2 miliar.

Ingin cerita lengkap tentang Bank Nagari dan Suryadi Asmi? >>> Baca Tabloid Media Busser terbaru terbitan 23 Februari 2011.
Beberapa tahun lalu masyarakat Sumatra Barat begitu bangga dengan diresmikannya bandar udara (bandara) baru yang megah di kawasan Sumatera bagian tengah. Bandara Internasional Minangkabau (BIM), itulah nama yang diberikan untuk bandara yang berada di kawasan Kabupaten Padangpariaman itu.
Banyak sudah biaya yang dikeluarkan untuk mewujudkan Bandara Internasional tersebut. Menurut laporan media massa pembangunan bandara itu menelan biaya sekitar Rp1 triliun.
Menurut catatan, sebagian besar dana tersebut didapat dari Loan Pemerintah Jepang, dalam bentuk pinjaman lunak. Selanjutnya, dana yang berupa pinjaman tersebut harus dibayar oleh pemerintah Indonesia dengan cicilan dalam beberapa tahun ke depan, sesuai kesepakatan.
Dalam perencanaan dan program yang telah dibuat, setelah proyek Bandara Internasional tersebut selesai, maka Team Inter Departemen terdiri dari Departemen Perhubungan (Dep Hub), Departemen Keuangan (Dep Keu), BPK dan BPKP akan menghitung nilai riel hasil proyek bandara itu.
Selanjutnya Tim ini akan menetapkan jumlah kekayaan atau asset yang akan diserahkan kepada Angkasa Pura (AP) II, sebagai penyertaan modal pemerintah dalam perusahaan pengelola Bandara internasional tersebut.
Semenjak mulai dioperasikan tahun 2005 lalu, Bandara Internasional Minangkabau (BIM) memang sempat melayani penerbangan internasional, dengan jasa penerbangan Tiger Airways, Fair Fly dan Cardig Air dan lainnya.
Sepertinya ini tak bertahan lama, dari catatan yang dihimpun, sejak beberapa waktu terakhir, penerbangan internasional di BIM mulai berkurang, bahkan ada yang hilang sama sekali, seperti ; Tiger Airways, Fair Fly dan Cardig Air dan lainnya. Kalau pun ada yang tersisa melayani penerbangan internasional, itu pun hanya jumlah dan rute penerbangan yang tak seberapa. Seperti Air Asia, yang kini mulai mengurangi penerbangan internasionalnya. Sementara, penerbangan internasional ini menyumbang cukup besar pendapatan bagi Angkasa Pura II.
Sementara itu, disisi lain perusahaan pengelola bandara tersebut-Angkasa Pura II-harus tetap mengeluarkan biaya usaha yang cukup tinggi dari kegiatan pengelolaan bandara itu. Akibatnya, Angkasa Pura II pun merugi dalam pengelolaan Bandara Internasional Minangkabau tersebut.
Kepada wartawan General Manager PT Angkasa Pura II cabang BIM diwakili Kadiv Adkom-Sumantri mengatakan, tahun 2010 saja BIM merugi sampai Rp40,2 miliar. Dikatakan, kerugian ini jauh lebih besar dibandingkan 2009 yang hanya mencapai Rp36,7 miliar. (*)

0 komentar:

Posting Komentar