Senin, 20 Februari 2012

HM Radhi Kasim: Perketat Toleransi Demi Kualitas

Jalan adalah potret sebuah negara. Negara yang makmur tentu punya jalan yang mulus. Namun di Indonesia umumnya dan Sumbar khususnya masih saja banyak jalan yang berlobang. Untuk mengatasinya, batas toleransi kelebihan muatan maksimal kendaraan truk pun telah dilakukan.
Bahkan tahun 2012, toleransi bagi rekanan, baik dalam proses tender maupun pekerjaan pun makin diperketat.
Seperti diketahui, tingkat kerusakan jalan di Indonesia sudah cukup tinggi. Berdasarkan data DPU, saat ini panjang jalan nasional mencapai 34.628 kilometer (km), jalan tol 649 km, jalan provinsi 37.164 km, dan jalan kabupaten/kota 266.564 km.

Hingga pertengahan tahun ini, dari seluruh jalan nasional, sekitar 20%-nya telah rusak.
Di sisi lain, sebenarnya, pemerintah ingin menekan anggaran perawatan jalan, karena biaya perawatan dan pembangunan jalan melonjak akibat mahalnya harga minyak. Bahkan harga aspal diduga akan naik terus. Tentu saja, naiknya harga aspal juga disebabkan naiknya harga minyak. Sebab, kebanyakan aspal yang dipakai untuk membuat jalan adalah aspal berbasis minyak.
Seperti diketahui, kebutuhan aspal nasional juga terus meningkat dari tahun ke tahun. Namun, di negeri ini produsen aspal sintetis hanya PT Pertamina (Persero). Lalu, ada PT Sarana Karya sebagai produsen aspal alam. Pertamina cuma mampu memproduksi aspal sebanyak 600 ribu ton per tahun dan Sarana Karya sebanyak 300 ribu ton per tahun.
Untuk menutupi kekurangan pasokan, pemerintah terpaksa mengimpor aspal dari Singapura, Arab Saudi, Iran, Kuwait, dan Uni Emirat Arab. Sebagai produk turunan minyak, harga aspal memang selalu berbanding lurus dengan harga minyak. Pada pertengahan tahun 2005, ketika harga minyak menyentuh US$ 70 per barel—dari US$ 45 per barel pada 2006—harga aspal ikut melesat.
Sejak November 2005, harga aspal produksi Pertamina mengalami kenaikan sebanyak lima kali. Jika pada November 2005 harga aspal curah baru sebesar US$ 189 per ton, Februari 2006 sudah menjadi US$ 231 per ton.
Maret 2006, banderol itu berubah lagi menjadi US$ 264 per ton. Begitu terus hingga April (US$ 313) dan Juni 2006 (US$ 389). Hermanto Dardak, Dirjen Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum (DPU), mengatakan, dari total anggaran DPU tahun 2007 yang mencapai Rp 24 triliun, lebih dari 50%-nya dialokasikan untuk perawatan infrastruktur jalan. Sekitar 30% sampai 35% lainnya dialokasikan untuk peningkatan kapasitas jalan.

DIRAGUKAN
Diakui, selama ini mutu dan kualitas aspal memang masih diragukan. Soalnya, Aspal Mixing Plant yang dimiliki pengusaha yang tergabung dalam Asosiasi Aspal Beton Indonesia, masih di bawah standar. Penyebabnya, selama ini AMP banyak menggunakan batu bara, sehingga mempengaruhi mutu dan kualitas. Akibatnya berpengaruh kepada umur rencana aspal.
Contoh kasus, umur rencana aspal lima tahun, namun dalam rentang waktu empat tahun sudah hancur. Kondisi ini juga disebabkan, selama ini toleransi dalam pekerjaan dan proses tender masih tinggi. Dan, perusahaan yang tergabung dalam hal ini tak bisa disalahkan, sebab masih banyaknya toleransi yang diberikan, termasuk yang di bawah standar.
Misalnya, toleransi masih diberikan, terutama masalah tender, berkaitan dengan  transisi alat tak bisa cepat dan butuh waktu. Namun, untuk tahun 2012, toleransi AMP dan tender tak ada lagi. Profesionalitas perusahaan dan manajemen sangat dibutuhkan. Kalau tidak bersiaplah kalah dalam persaingan. Ujung-ujungnya susah untuk mendapatkan pekerjaan.
Beratnya persaingan hot mix bagi yang mempunyai kualitas arus ditegakan AMP tahun 2012 ini, juga diakui oleh Radhi  Kasim, Kepala Satuan Kerja (Satker) Jalan Nasional Wilayah II Sumbar Kementrian PU, H. M Radhi Kasim Dt. Reno Panghulu SST MM. Dengan tegas ia mengatakan, untuk tahun 2012, persaingan makin ketat dan tak ada lagi toleransi bagi rekanan, baik dalam proses tender maupun pekerjaan.
“Untuk tahun 2012, perusahaan yang mempunyai AMP tidak dibenarkan lagi menggunakan batu bara, tapi harus menggunakan minyak. Bisa saja,  tersebut menggunakan batu bara, namun kalorinya haruslah 6000. Dan, bagi perusahaan yang mempunyai batu bara di bawah 5000 kalori, haruslah ditambah dengan gas. Namun, untuk batu bara dan gas tersebut, biaya lebih tinggi dan tak mungkin dilaksanakan,” kata Radhi  Kasim, saat bincang-bincang di ruangannya, Senin.
Kata Radhi , Asosiasi Sucofindo, AABBI dan lainnya, dituntut agar memberikan target bagi rekanan, agar kualitas kerja bisa dipertanggungjawabkan setelah selesai. Selain itu, harus bias profesional dalam bekerja dan harus berpihak pada rakyat, karena jalan yang dibangun adalah uang dari rakyat.
Pada tahun ini 2012, Radhi  Kasim mewanti-wanti perusahaan yang selama ini katagoiri pekerjaan jelek, jangan harap untuk berikutnya bisa main-main. Yang pasti, kata Radhi , akan ditindak tegas, sesuai dengan prosedur.
Dikatakannya, toleransi yang diberikan kepada rekanan, baik dalam proses lelang maupun, berakibat banyak pekerjaan yang tak sesuai spesifikasi. “Bagi perusahaan yang tak siap bakal tersingkir,” kata Radhi  Kasim, seraya menghimbau agar ini menjadi perhatian bagi perusahaan yang mempunyai AMP.
Laki-laki yang sudah kenyang dengan asam garam, tingkah kontraktor yang bergerak di bidang ini, juga mengingatkan, untuk tahun 2012, permainan pengaspalan jalan tak dapat lagi dilakukan oleh rekanan. Soalnya, untuk memeriksa pengaspalan, sekarang menggunakan alat canggih.
“Alat digital tersebut hanya diletakkan di atas aspal dan bisa mengetahui langsung kadar aspal,” kata Radhi  Kasim.
Kata Radhi , dengan adanya terpenuhinya persyaratan, akan menghasilkan aspal berkualitas, termasuk adanya alat baru pengukur kadar aspal, umur rencana jalan akan tercapai.
Diakui Radhi  Kasim, untuk pekerjaan tahun 2011, ini sudah banyak rekanan yang siap menyongsong persaingan tahun 2012. Bahkan, beberapa rekanan itu, sudah menunjukkan kinerja yang bagus, baik manajemen perusahaan, maupun mengarahkan personel di lapangan.
Dari sekian banyaknya perusahaan yang mempunyai AMP, kata Radhi  Kasim, beberapa diantaranya sudah memakai gas. Namun, masih ada beberapa perusahaan yang masih bermasalah.
 
TERKENAL DISIPLIN
Kepala Satuan Kerja (Satker) Jalan Nasional Wilayah II Sumbar Kementrian PU, H. M Radhi Kasim Dt. Reno Panghulu SST MM, terkenal sebagai pekerja keras dan memiliki disiplin yang tinggi dalam bekerja. Tak pelak, bila staf maupun rekanan bila berhadapan dengannya berani neko-neko.
Kendati Pak Datuak (demikian sapaan akrab Radhi  Kasim) selalu tegas dalam bersikap, namun dalam bertutur bahasa ia selalu lembut. Tidaklah salah jika ia menjadi sosok yang disegani dan dihormati di lingkungan kerja maupun pergaulannya. Dia adalah prototype pria ramah, komunikatif, supel dan dinamis. Demikian rata-rata penilaian segenap kolega, para mitra, maupun rekan kerja Radhi  Kasim.
Bobot dan frekuensi kerja yang cenderung berlebih dari hari ke hari, bagi penjabat Kepala Satuan Kerja Pelaksana Jalan Nasional Wilayah II Provinsi Sumbar ini merupakan pedoman untuk mempersembahkan kinerja terbaik, terukur, serta bisa dipertanggungjawabkan.
“Pekerjaan jika dicintai dan secara utuh, niscaya akan berbuah pengabdian total yang memberikan kepuasan bathin, tidak hanya untuk diri pribadi namun juga untuk orang banyak,” katanya.
Baginya, jalinan silaturahmi yang baik dengan sesama manusia menjadi salah satu prioritas, di samping senantiasa mendekatkan diri kepada Sang Khaliq.
“Meski disibukkan dengan beban kerja, jalinan silaturahmi dengan sesama jangan sampai terganggu. Hubungan sosial sepatutnya dibina, dijaga dan terus ditingkatkan,” demikian prinsip alumni S-1 Teknik Sipil Universitas Diponegoro Semarang (2001), dan S-2 Universitas Putera Indonedia (UPI) YPTK Padang (2002) ini.
Lelaki kelahiran Bansa Kamangmudiak, Pakan Sinayan, Kabupaten Agam, 26 Desember 1958 ini, telah memberikan pengabdian terbaiknya selaku Kepala dan KPA (Kuasa Pengguna Anggaran) Satker Pelaksana Jalan Nasional Wilayah II Sumbar. (Os)

0 komentar:

Posting Komentar