Senin, 20 Februari 2012

Baharuddin Mewarisi Sifat Hoegeng

Melihat sepintas, sepertinya ada kesamaan antara mantan Kapolri Hoegeng Imam Santoso dengan Bupati Pasaman Barat Baharuddin R. Mereka sama-sama mantan polisi. Persamaan lain yang mungkin bisa disebandingkan adalah kejujuran dari dua orang mantan polisi ini.
Kejujuran Hoegeng dalam keseharian maupun di lingkungan Polri tak diragukan lagi. Semua tercatat dalam buku yang diterbitkan Bentang Pustaka, Yogyakarta.Saat bertugas di Medan, Sumatra Utara (Sumut), banyak peristiwa mencengangkan dilakukan ayah tiga anak ini. Dia mengeluarkan secara paksa perabotan di rumah dinasnya. Perabotan mahal-mahal itu ditaruh di pinggir jalan.
Apa yang dilakukan Hoegeng itu bukan tanpa alasan. Barang-barang itu sebagai pelicin dari cukong agar bisnis ilegalnya berjalan mulus.
Tak hanya itu, Hoegeng juga pernah marah-marah sambil melemparkan berbagai hadiah (parsel) ke luar jendela.
Walaupun nilainya kecil, namun Hoegeng tetap saja menganggap itu sogokan, dan pasti ada maunya. Peristiwa yang dilakukan Hoegeng itu, hingga kini melegenda di Kepolisian RI, khususnya di Medan.
Ternyata, dalam sejarah kepolisian ada seorang jenderal yang jujur, antisogokan, sederhana, merakyat, dan siap melindungi siapa pun yang membutuhkan.
Sebagai mantan polisi dan sekarang menjadi Bupati Pasaman Barat, ternyata Baharuddin R mewarisi pula sifat keteladanan dari mantan Kapolri Hoegeng Imam Santoso tersebut.
Bayangkan saja, di tengah maraknya kepala daerah yang tengah berkuasa memanfaatkan “rumusan aji mumpung” untuk melakukan korupsi, Bupati Pasaman Barat-Baharuddin R, malah mengambil sikap “mencengangkan”. Dua orang Direktur Perusahaan Perkebunan Kopi di Talu, malah dilaporkan Baharuddin ke polisi, karena diduga berupaya menyogoknya.
Peristiwa ini bermula dengan kedatangan dua direktur tersebut ke rumah dinas bupati, Rabu (15/5) sekitar pukul 07.00 wib. Kabarnya, kedatangan kedua orang ini dengan bermaksud membicarakan kebun kopi di Tonang Talu, Kecamatan Talamau.
Kebun kopi seluas 3.479,5 hektar, dengan rinciannya 3.190 hektare kebun inti dan 289,5 hektare kebun plasma itu, sebenarnya sudah diterlantarkan sejak lima tahun terakhir oleh pihak perusahaan tersebut.
Akibat dari penelantaran itu, perusahaan ini telah merugikan masyarakat Talamau yang tergabung dalam KUD Talu. Utang koperasi pun akhirnya membengkak menjadi  Rp14 miliar, termasuk bunga Rp9 miliar di bank.
Kendati telah menelantarkan lahan tersebut, namun pihak perusahaan malah tidak mengakui bahwa kebun tersebut telah ditelantarkannya. Namun kedua orang direktur itu berupaya mendatangi Bupati Baharuddin. Kedatangannya untuk melapor akan memperbaiki kembali lahan itu.
Setelah pembicaraan selesai, dua orang itu berpamitan sambil meninggalkan amplop tebal, yang diduga berisikan uang jutaan rupiah. Untuk memastikan bahwa kedua orang itu tengah berupaya menyogoknya, Baharuddin pun membuka amplop tersebut. Ternyata dugaan Bupati Pasaman Barat ini tak meleset. Amplop itu ternyata berisikan uang.
Tak mau turut dalam “permainan” kedua direktur itu, secara spontan Baharuddin pun memanggil kedua orang itu kembali. Kepada kedua orang itu, Baharuddin pun menanyakan uang apa yang ia tinggalkan.
Mungkin karena sudah terbiasa melakukan tindakan tak terpuji ini, dua direktur perusahaan perkebunan kopi ini malah dengan santai menjawab, “Uang itu hanya untuk sekedar uang jajan untuk anak bapak,” katanya menjawab.
Merasa kedua orang itu sedang berupaya menyogoknya, Baharuddin pun menolaknya. Ia lalu memanggil ajudan dan sopir sebagai saksi bahwa telah terjadi penyuapan. Setelah itu, Baharuddin langsung ke Mapolres Pasbar untuk melaporkan kasus dugaan penyuapan terhadap dirinya. Bukti berupa uang tunai itu kemudian diserahkan Baharuddin kepada penyidik di Mapolres Pasbar, sewaktu membuat laporan.

PEMIMPIN YANG PEDULI,
WUJUDKAN BANDARA DAN PELABUHAN LAUT
Drs H Baharuddin R.MM baru sekitar 1 tahun menjabat sebagai Bupati Pasaman Barat, Ia dilantik oleh gubernur Sumbar Irwan Praytno pada tanggal 29 Agustus 2010. Kendati demikian, berbagai prestasi telah diukuinya.
Dengan mengusung visi; “Membangun Pasaman Barat di Atas Tadah Agama”, Baharuddin bersama Wakil Bupati H.Syahrul Dt.Marajo SPd, terus melakukan pembenahan di sana sini.
Sebuah inovasi besar pun diupayakan oleh Baharuddin. Pembangunan Pelabuhan Laut Teluk Tapang Aia Bangih termasuk inovasi yang spektakuler dalam membangkitkan Kabupaten Pasbar. Bahkan, dalam waktu dekat peresmian pelabuhan laut ini akan dilaksanakan.
Selain itu hal yang lebih mencengangkan masyarakat adalah, dalam waktu relatif singkat Baharuddin mampu menghadirkan Bandar Udara (Bandara Laban), Luhak Nan Duo. Bandara ini merupakan yang pertama di Sumbar, konon untuk seluruh Indonesia, sebuah kabupaten yang mampu memiliki dua pelabuhan sekaligus (Pelabuhan Laut dan Pelabuhan Udara) baru Pasbar saja yang mampu.
Kata Baharuddin, kehadiran Bandara Laban Pasaman Barat memang merupakan sebuah kebutuhan. Sebab, Pasaman Barat adalah daerah potensial di Sumbar, karena kaya perkebunan sawit, juga kandungan bahan tambang.
“Banyak pebisnis selama ini terkendala jarak tempuh yang lama. Ada bandara akan sangat membantu sekali geliat bisnis di daerah kami,” ujar Bupati Pasaman Barat Baharuddin R.
Dengan luas Bandara Laban sekitar 20 hektar, kata Baharuddin, sangat cocok dilandasi pesawat jenis Foker atau Cassa, dengan kapasitas maksimal 50 seat (penumpang). “Lokasi ini dulunya merupakan bekas bandar udara milik sebuah perusahaan sawit dan sudah 12 tahun ditinggal alias tidak dipergunakan lagi,” kata Baharuddin.
Titik Bandara Laban berada di koordinat LU N.00.04'.35,6" BT.099.47'.005", ketinggian 40 meter dari permukaan laut (dpl) dan berjarak sekitar 110 kilometer dari Bandara Internasional Minangkabau (BIM) arah 150 derajat. Arah barat berjarak sekitar 16 kilometer dari laut dan arah timur sekitar 70 kilometer dari gunung. Panjang runway yang tersedia saat ini 650 meter dengan lebar 65 meter plus stop-run pangkal dan ujung runway sepanjang 60 meter.
Dikatakan oleh Baharuddin, dengan beroperasinya Badara Laban ini, Simpang Empat dapat ditempuh sekitar 30 menit perjalanan udara dari BIM Padang. Penerbangan perdananya pun telah dilakukan Baharudin pada Rabu 14 Desember 2011 lalu.
 “Rencananya, Pemkab Pasaman Barat menyiapkan tiga rute penerbangan komersial, yakni Simpang Empat Pasaman Barat (Pasbar) - Padang, Simpang Empat - Pekanbaru, dan Simpang Empat - Medan via Bandara Aek Nan Godang (Sibolga).
Lebih jauh dikatakan Baharuddin, meski sebenarnya Bandara Laban adalah bandara feeder (pengumpan), namun dalam operasionalnya juga siap melayani penerbangan luar provinsi.
(Os/Nov)

0 komentar:

Posting Komentar