Jumat, 24 Februari 2012

Irwan “Lelah” Menjadi Gubernur

Irwan Prayitno mengaku, semenjak menjadi gubernur, gerak-geriknya malah menjadi “terhambat”, karena selalu disoroti orang banyak, termasuk media massa. "Saya merasa jadi gubernur itu tidak enak. Ke depan, siapa yang mau jadi gubernur silahkan saja. Saya cukup menjabat lima tahun saja," katanya.
Sudah menjadi sesuatu yang lumrah bila di awal kepemimpinan seorang kepala daerah dibarengi oleh “dendang usang perintang petang”, dengan melempar harapan-harapan yang “memabukkan”, semisal akan membesarkan masyarakat maupun daerah dari kemiskinan.
Namun, realisasinya? Entahlah! yang pasti pasti usai dilantik menjadi gubernur dan wakil gubernur defenitif masa jabatan periode 2010-2015, pada tanggal 15 Agustus 2010 lalu, harapan kesejahteraan, perbaikan nasib dan sebagainya juga dilontarkan oleh pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur Sumbar ini, Irwan Prayitno Datuk Rajo Bandaro Prof, DR, Psi, MSc dan  Drs H Muslim Kasim Datuak Sinaro Basa, Ak. MM.
Menurut catatan yang dirangkum Media Busser, saat itu Irwan Prayitno mengatakan, ke depan pemerintahannya akan akan memprioritaskan pembangunan pada sembilan wilayah kabupaten di Sumbar, yang termasuk dalam kawasan daerah tertinggal.
Kesembilan daerah yang dimaksud Irwan Prayitno itu diantaranya adalah; Kabupaten Sijunjung, Dharmasraya, Pesisir Selatan, Pasaman Barat, Padangpariaman, Limapuluh Kota, dan Kabupaten Solok.
Kala itu Irwan Prayitno mengatakan, pembangunan di sembilan daerah tertinggal tersebut akan dilakukan dengan koordinasi dan anggaran khusus melalui kucuran dana APBN lewat Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal.
”Program penuntasan daerah tertinggal ini ditargetkan selesai paling lambat lima tahun ke depan. Pemprov dalam hal ini, membutuhkan koordinasi yang intens dengan pemerintah kabupaten dan pemerintah kota,” ujar Irwan pada wartawan saat itu.
Agak sedikit berbeda dengan beberapa kepala daerah yang doyan berwacana, untuk mewujudkan harapan itu, di awal bulan September 2010 lalu, Irwan Prayitno berupaya “memboyong” sembilan orang bupati asal Sumbar itu, ke  Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (Kemen PDT).
Kesembilan bupati yang menyertai Irwan Prayitno untuk berdialog dengan Kementerian PDT itu adalah ; Bupati Sijunjung, Dharmasraya, Pesisir Selatan, Padangpariaman, Pasaman, Pasaman Barat, Mentawai, Solok Selatan dan Bupati Solok.
Gayung ternyata bersambut. Kemen PDT pun menyambut baik terobosan pemerintah Provinsi Sumbar tersebut. Bahkan kata Menteri PDT Helmy Faishal Zaini, dalam hal ini Kementrian PDT akan menyambut baik terobosan baru yang diambil oleh Gubernur Sumbar Irwan Prayitno, dalam menuntuskan daerah-daerah tertinggal.
Kata Helmy Faishal Zaini, konsekuensi dari sikap menyambut baik tersebut, institusi yang dipimpinnya itu harus segera menyusun sejumlah program pembangunan dan bersinergi dengan kementerian terkait, guna untuk memberikan perhatian khusus terhadap daerah-daerah tertinggal di Sumbar.
“Gubernur memberi batas waktu dua tahun untuk menyelesaikan daerah-daerah tertinggal. Apa lagi saya lihat para bupati pun punya niat yang sama. Jelas ini sebuah tantangan menarik bagi Kementerian PDT. Karena, tantangan gubernur itulah pula maka dalam pertemuan itu saya melibatkan Sesmen PDT dan seluruh deputi serta biro terkait,  untuk terlibat dalam pertemuan yang sangat strategis ini,” ungkap Helmy Faishal Zaini pada wartawan saat itu.
Bahkan pada kesempatan itu Helmy sempat melayangkan pujian pada masyarakat Sumbar. Katanya, keputusan masyarakat Sumbar yang telah memilih Irwan Prayitno sebagai gubernurnya, adalah keputusan yang tepat.
“Soal integritas dan moral serta kinerja tidak perlu diragukan lagi, karena Pak Irwan adalah mantan Ketua Komisi X DPR, dan saya adalah salah satu anggotanya,” ujar Helmy Faishal Zaini pada wartawan.
Menyikapi sikap positif Menteri Helmy Faishal Zaini ini, Irwan Prayitno pun menegaskan, pemerintah provinsi bersama dengan sembilan bupati di Sumbar juga akan menggalang kekuatan dengan kementerian terkait untuk mengatasi kawasan tertinggal di Provinsi Sumbar itu.

MULAI DIBUAT TAK NYAMAN
Begitu memulai tugasnya sebagai Gubernur Sumbar dengan berbagai terobosan, ternyata tak semua lapisan yang turut memberikan dukungan. Malah tak pelak, kitikan, tekanan dan berbagai persoalan negatif datang “menghujani” Irwan Prayitno.
Malah berbagai persoalan yang datang “bertubi-tubi” pada Gubernur Sumbar- Irwan Prayitno, membuat ia tak tahan memendamnya di dada. Akhirnya, “air bening” pun mengalir di sudut matanya.
Kendati Irwan Prayitno bukanlah satu-satunya pemimpin yang menumpahkan tangisnya di muka publik saat memberikan pidato, namun kini ia telah merasakan betapa tidak mudahnya menjadi pemimpin di negeri “kebablasan” ini.
Ketidaknyamanan itu mulai dirasa Irwan Prayitno ketika ia memenuhi undangan Duta Besar Republik Indonesia di Berlin Jerman, pada 5 November 2010 lalu. Saat itu Irwan diminta menjadi pembicara dalam ajang Indonesian Bussiness Day, yang diadakan di Muenchen Jerman.
Kendati saat itu tercatat lebih dari dari 115 pengusaha Jerman pencari peluang kerjasama ekonomi dan investasi di Indonesia ikut hadir dalam acara tersebut, serta lebih dari 25 perusahaan telah melangsungkan One on One Meeting dalam pertemuan tersebut, namun langkah yang dilakukan Irwan itu tetap saja menuai berbagai kritikan.
Padahal, dalam Indonesian Bussines Day itu, Gubernur Irwan Prayitno akan menyampaikan paparan berjudul; Investment Opportunities In West Sumatra, yang berisi materi tawaran investasi di bidang unggulan seperti: tawaran investasi pariwisata dalam pembangunan cable car di Maninjau, Bukittinggi, dan Lembah Anai, tawaran investasi pariwisata di Kawasan Mandeh Pesisir Selatan untuk pembangunan resort.
Ia juga mengajukan tawaran investasi pariwisata di Danau Diatas dan Danau Dibawah Kabupaten Solok untuk pembangunan resort, tawaran investasi pembangunan infrastruktur short cut jalan kereta api Padang – Solok,  tawaran investasi pengolahan dan penangkapan ikan tuna, tawaran investasi pengolahan kakao dan lainnya. Namun, fakta ini tak juga bisa mengurungkan niat pihak tertentu untuk melontarkan kritikan pedas.
Yang membuat Irwan makin tak tahan memendam “duka” itu, lantaran belakangan ada saja yang ingin mengadu domba hubungannya dengan Wakil Gubernur Sumbar-Muslim Kasim. Padahal selama menjalankan amanah sekitar 6 bulan ini, kata Irwan, hubungannya dengan Muslim Kasim berjalan harmonis.
Irwan Prayitno mengaku, semenjak menjadi gubernur, gerak-gerik malah menjadi “terhambat”, karena selalu disoroti orang banyak, termasuk media massa. “Banyak aturan yang harus dilewati kalau jadi gubernur. Saya merasa jadi gubernur itu tidak enak. Ke depan, siapa yang mau jadi gubernur silahkan saja. Saya cukup menjabat lima tahun saja,” katanya lagi.
Malah kata Irwan, semenjak ia menjadi gubernur, waktu bersama keluargannya menjadi berkurang. “Saat menjadi gubernur saya tidak sempat melihat anak-anak yang sedang menimba ilmu di Singapura dan Amerika. Saat ini, hanya istri saya saja yang mewakili untuk melihat anak-anak,” ungkap Irwan Prayitno.
Realita inilah yang makin memicu “air bening” itu makin mengalir di sidut mata kader Partai Keadilan Sejahtera ini. Namun, Irwan berjanji akan terus menjalankan tugas-tugasnya dengan baik. (Rangga, Os)

0 komentar:

Posting Komentar