Rabu, 16 Januari 2013

Hanung dan Raam Lecehkan Suku Minang ?

Film Cinta Tapi Beda disutradarai oleh Hanung Bramantyo, yang diputar di gedung-gedung bioskop beberapa waktu lalu, terkesan ada indikasi pemutarbalikan fakta masyarakat Minangkabau. Dikisahkan, seorang wanita Miangkabau penganut Katoloik yang taat, menjalin cinta dengan seorang pria suku Jawa, seorang muslim yang taat. Padahal, suku Minang tak satupun beragama lain, selain Islam.

Sutradara kesohor Hanung Bramantyo dan Raam Punjabi selaku Produser, agaknya benar-benar keterlaluan. Sebab, dalam film terbaru mereka yang berjudul Film Cinta Tapi Beda (CTB), ada kesan pemutarbalikkan fakta adat yang berlaku di Miangkabau.
Dalam film itu Hanung Bramantyo dan Raam Punjabi menggandeng sejumlah aktor dan aktris terkenal Indonesia, seperti Agni Pratistha, Reza Nangin, Choky Sitohang, Ratu Felisha, Agus Kuncoro, Jajang C. Noer, Hudson Prananjaya dan lainnya.

Orang Minang Jangan Cepat Meradang

Oleh : Osman

    Yang pasti bombasti pemberitaan yang ‘menerjang sutradara pluralis Hanung Bramantyo dan Raam Punjabi selaku Produser yang mengarap film ‘Cinta Tapi Beda’, telah menjadi sarana ‘promosi gratis’ bagi film terbaru dua pentolan perfilm Indonesia ini. Sebab, dimana-mana—saat ini—orang tengah disibukkan membicarakan bahwa film ini telah menyinggung ‘puncak kada’ suku Minang.

Entah dari mana asal muasal kabar yang menyebutkan bahwa film ‘Cinta Tapi Beda’ ini telah menyinggung suku Minang, tiba-tiba suku Minang yang ada di seluruh pelosok negeri menjadi ‘taburangsang’, meradang—meski tak sampai berbuat anarkis.

Konon (demikian isu yang berkembang) film ini mengangkat kisah cinta dilatarbelakangi perbedaan agama sorang wanita Minang yang dikisahkan sebagai penganut Katolik yang taat, dengan cowok ganteng asal Jogja dari keluarga muslim yang taat beribadah.

Untuk Infrastruktur, Sumbar Butuh Puluhan Milyar

Pemerintah Provinsi Sumatera Barat membutuhkan anggaran mencapai Rp84,2 miliar untuk memacu peningkatan pertumbuhan pembangunan infrastuktur Padang sebagai kota metropolitan selama pelaksanaan 2011-2015.

"Dalam kegiatan memacu peningkatan pertumbuhan pembangunan infrastruktur Padang sebagai Kota Metropolitan ditargetkan meningkat lima persen setiap tahunnya dalam periode 2011-2015," kata Gubernur Sumbar Irwan Prayitno di Padang, beberapa waktu lalu

Irwan Prayitno merinci, untuk memacu pertumbuhan pembangunan infrastruktur Padang kota metropolitan itu Pemprov membutuhan dana sebesar Rp13,79 miliar pada 2011 dan Rp15,17 miliar di 2012. Kemudian kata Irwan Prayitno lagi, pada 2013 dibutuhkan tambahan anggaran Rp16,68 miliar, 2014 naik lagi dengan kebutuhan Rp18,35 miliar, sedangkan diakhir periode atau 2015 kebutuhan dana meningkat lagi menjadi Rp20,19 miliar.

Kamis, 05 April 2012

Kejati Sumbar Tindak Lanjuti Indikasi Mark Up Proyek Kelok Sembilan

 Kelompok Kerja (Pokja) lelang proyek pembangunan Fly Over Kelok Sembilan agaknya akan berurusan dengan penegak hukum. Sebab, Kepala Kejaksaan Tinggi Sumbar, Muhammad Hamid SH MH berjanji menindaklanjuti kasus itu hingga tuntas.

Komitmen Kejati Sumbar Muhammad Hamid dalam penegakkan supremasi hukum di Sumatera Barat, agaknya mulai diperlihatkan. Buktinya, dalam menanggapi laporan masyarakat tentang dugaan mark up proses lelang dan penetapan pemenang proyek pembangunan Fly Over (Jembatan Layang) Kelok Sembilan Tahap 2 B tahun anggaran 2012.

Dalam laparan masyarakat itu disebutkan, tindakan itu berpotensi akan merugikan keuangan negara, karena diduga telah mengabaikan prinsip penghematan belanja keuangan negara, dimana terdapat perbedaan nilai penawaran sekitar Rp17 miliar.

Rabu, 21 Maret 2012

From Zero To Hero

H.M Tauhid memang memulai karir politiknya dari ‘nol’ di Partai Hanura. Tapi berkat kesungguhan dan komitmen yang tegas dan jelas, ia kini tumbuh besar di partai politik itu. Melihat semangat yang dimiliki Tauhid itu, ia boleh dibilang merupakan sosok politikus “from zero to hero”.

Jangan ditanya tentang kiprah awal H. M Tauhid di partai politik ! Sebab, pria kelahiran Bengkulu 24 Maret 1965 ini dipastikan akan menjawab ; “saya benar-benar awan dan ‘zero’ (tidak memiliki pengetahuan apa-apa) soal partai politik”.

Suami dari Hj Zuraida ini juga tak akan pernah sungkan mengatakan bahwa ia “pemain baru” di kancah politik Sumatera Barat. M Tauhid juga dengan jujur akan mengatakan bahwa karir politikya memang dititi dari ‘zero’ alias nol di Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura).

Lantaran merasa zero di kancah politik, makanya ketika Ketua DPD Hanura Sumbar yang saat itu dijabat Basril Taher mengajaknya untuk ikut aktif terlibat di Partai Hanura, H.M Tauhid berupaya menolaknya.